Rabu, 30 November 2011

CMR


Metode Capture Mark-Recapture


Metode Capture Mark-Recapture ditujukan merupakan salah satu metode inventarisasi satwaliar yang digunakan untuk memperkirakan berbagai parameter populasi antara lain kepadatan populasi, laju kematian, kelahiran, emigrasi dan imigrasi (Poole, 1974 ; Krebs 1978). Poole (1974) menambahkan, pada metode ini, dilakukan penangkapan satwa, kemudian satwa yang telah ditangkap ditandai dan dilepaskan kembali. Dalam periode waktu tertentu, dilakukan penangkapan kembali sehingga didapatkan individu yang bertanda dan tidak bertanda. Selama dua periode waktu pengamatan, tidak terdapat penambahan (kelahiran atau imigrasi) ataupun pengurangan (kematian atau emigrasi) jumlah populasi. Dalam melakukan metode CMR, Poole (1974) menjabarkan asumsi yang harus dipenuhi yaitu:
  1. Individu yang bertanda bercampur dengan individu lain yang tidak tertangkap pada periode pennagkapan pertama
  2. Selama dua periode waktu pengamatan, tidak terdapat penambahan (kelahiran atau imigrasi) ataupun pengurangan (kematian atau emigrasi) jumlah populasi
  3. Individu yang bertanda tidak terpengaruh atau terganggu terhadap tanda yang diberikan
  4. Kedua sampel diambil secara acak dan tiap individu mempunyai peluang yang sama untuk tertangkap
  5. Tanda yang dipasang tidak hilang selama dilakukan studi
  6. Penangkapan pertama tidak mempengaruhi kemungkinan individu tertangkap pada penangkapan kedua (beberapa jenis satwa menunjukkan perilaku senang tertangkap)
Umumnya semua asumsi dalam studi CMR dapat terpenuhi kecuali asumsi ke-2.
            Metode CMR dapat dilakukan selama beberapa bulan atau beberapa tahun (multiple cencus) dengan melakukan beberapa periode penangkapan. Jika hal ini dilakukan, maka akan diketahui dinamika populasi sehingga dapat diperkirakan laju kelahiran ataupun laju kematian dari suatu populasi (Krebs, 1978).
Pada metode ini dilakukan setidaknya dua sampel studi. Pertama dilakukan penangkapan dan jumlah inidividu satwa yang tertangkap diberi notasi n1. Semua satwa yang tertangkap pada sampel pertama diberi tanda kemudian dilepaskan kembali ke habitatnya. Kemudian selang beberapa waktu (bisa hari atau minggu) dilakukan penangkapan kedua, dimana jumlah individu satwa yang tertangkap pada penangkapan kedua ini diberi notasi n2, dimana sejumlah individu satwa yang tertangkap pada penangkapan kedua ini bertanda dan diberi notasi sebagai m2.
Untuk mencari nilau pendugaan populasi pada suatu kawasan dapat menggunakan rumus Chapman  (1951) yang memodifikasi pendugaan Lincoln-Petersen, yakni sebagai berikut:
 Maka populasi yang sebenarnya berada pada kisaran= N ±2S
            Persamaan ini umumnya dapat berbeda pada berbagai sumber, seperti pada Introduction of Quantitative ecology yang disusun oleh Poole (1974) maupun buku sejenis yang disusun oleh  Krebs (1974).

alelopati


                                                                            ALELOPATI 
Alelopati berasal dari bahasa Yunani, allelon yang berarti "satu sama lain" dan pathos yang berarti "menderita".Alelopati didefinisikan sebagai suatu fenomena alam dimana suatu organisme memproduksi dan mengeluarkan suatu senyawa biomolekul (disebut alelokimia) ke lingkungan dan senyawa tersebut memengaruhi perkembangan dan pertumbuhan organisme lain di sekitarnya. Sebagian alelopati terjadi pada tumbuhan dan dapat mengakibatkan tumbuhan di sekitar penghasil alelopati tidak dapat tumbuh atau mati, contoh tanaman alelopati adalah Ekaliptus (Eucalyptus spp.).Hal ini dilakukan untuk memenangkan kompetisi nutrisi dengan tanaman lain yang berbeda jenis/spesies. Oleh karen itu, alelopati dapat diaplikasikan sebagai pembasmi gulma sehingga mengurangi penggunaan herbisida sintetik yang berbahaya bagi lingkungan.Contoh alelopati di dalam ekosistem perairan adalah beberapa dinoflagelata dapat menghasilkan senyawa alelokimia yang merugikan fitoplankton, ikan, dan binatang laut lainnya.

Sejarah

Reaksi alelopati telah dikemukakan oleh Bapak Botani, Theophrastus, sejak tahun 300 SM.Dia menuliskan tentang buncis yang dapat membunuh populasi gulma di sekitarnya.Pada tahun 1 setelah Masehi, seorang cendikiawan dan naturalis Roma bernama Gaius Plinius Secundus menuliskan tentang bagaiman buncis dan jelai dapat berefek "menghanguskan" ladang.Selain itu, dia juga mengemukakan bahwa pohon Walnut bersifat toksik (beracun) terhadapat tumbuhan lain. Pada tahun 1832, Augustin Pyramus De Candolle, seorang ahli botani dan naturalis mengemukakan bahwa tanah dapat menderita "sakit" kemungkinan diakibatkan oleh senyawa kimia yang dikeluarkan oleh tanaman.Penemuan mengenai alelopati semakin jelas ketika pada tahun 1907-1909, dua orang ilmuwan bernama Schreiner dan Reed berhasil mengisolasi senyawa fitotoksik kimia dari tanaman dan tanah.Konsep mengenai alelopati dikemukakan pada tahun 1937 oleh Hans Molisch, seorang ahli fisiologi tanaman asal Austria.

Alelopati pada tanaman

Tumbuhan dapat menghasilkan senyawa alelokimia yang merupakan metabolit sekunder di bagian akar, rizoma, daun, serbuk sari, bunga, batang, dan biji.Fungsi dari senyawa alelokimia tersebut belum diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai pertahanan terhadap herbivora dan patogen tanaman.Tanaman yang rentan terhadap senyawa alelokimia dari tanaman lainnya dapat mengalami gangguan pada proses perkecambahan, pertumbuhan, serta perkembangannya.Perubahan morfologis yang sering terjadi akibat paparan senyawa alelokimia adalah perlambatan atau penghambatan perkecambahan biji, perpanjangan koleoptil, radikula, tunas, dan akar.
Indikasi terjadinya fenomena alelopati dapat terlihat melalui beberapa bentuk, di antaranya adalah autotoksisitas, efek residu, dan penghambatan gulma.Autotoksisitas terjadi bila alelopati terjadi di antara individu dalam satu spesies yang sama, contohnya spesies Medicago sativa (alfalfa), Trifolium spp. (semanggi), dan Asparagus officinalis (asparagus). Hal ini diperkirakan menjadi salah satu penyebab pertumbuhan tanaman yang tidak sama pada tahun-tahun berikutnya dalam pertanian.Salah satu bentuk alelopati tanaman lainnya adalah residu dari beberapa tanaman diketahui dapat mengurangi perkecambahan gulma. Beberapa tanaman yang dapat menghambat pertumbuhan gulma melalui proses alelopati adalah Avena fatua (haver), E. repens (semacam rumput), Cirsium arvense, dan Stellaria media. Beberapa contoh dari tanaman yang dapat melakukan alelopati adalah:




Jenis tanaman
Dampak
Foto
Mimba (Azadirachta indica) dan eukaliptus
Menghambat tanaman yang tumbuh dalam jarak 5 meter.

Mangga
Bubuk daun mangga kering dapat menghambat pertumbuhan teki ladang sepenuhnya.[7]

Brokoli
Residu brokoli dapat mencegah fungi Verticillium penyebab penyakit layu pada beberapa tanaman sayur, contohnya kembang kol dan brokoli sendiri.

Gandum dan gandum hitam
Penekanan pertumbuhan gulma apabila gandum tersebut digunakan sebagai tanaman pelindung atau mulsa.

Lantana atau Saliara
Akar dan tunas tanaman ini dapat mengurangi perkecambahan gulma anggur dan gulma lainnya.

Golongan Leucaena, contohnya lamtoro
Tanaman Leucaena yang ditanam secara bersilangan dengan tanaman pangan di dalam sistem tumpang sari dapat mengurangi hasil panen gandum dan kunir, namun meningkatkan hasil panen jagung dan padi.

 

 

 

Alelopati pada hewan

Istilah alelopati memang lebih banyak digunakan untuk fenomena yang mengacu pada tanaman, namun beberapa penulis juga menggunakan istilah tersebut pada hewan. Penelitian mengenai alelopati pada hewan dipelopori oleh Porter dan Targett (1988) yang meneliti tentang alelopati pada spons atau hewan porifera. Mereka mempelajari bahwa kontak spons Plakortis halichondroides dapat menyebabkan nekrosis pada koral Agaricia lamarcki. Salah satu contoh lainnya adalah spons dari golongan Dysidea sp. dapat memengaruhi pertumbuhan spons Cacospongia sp. yang berlebihan dan menyebabkan nekrosis.

Alelopati pada makhluk hidup lainnya

Fitoplankton di lingkungan perairan merupakan salah satu golongan makhluk hidup yang diketahui dapat mengakibatkan alelopati. Spesies yang sebagian besar memproduksinya adalah dinofalgelata, flagellata, atau sianobakteri.Jumlah senyawa alelokimia yang diproduksi di bawah lingkungan yang kekurangan unsur nitrogen (N) dan fosfor (P), relatif lebih tinggi dibandingkan lingkungan yang memiliki unsur N dan P yang cukup. Hal ini menunjukkan bahwa selain sebagai mekanisme pertahanan diri, alelopati merupakan cara untuk berkompetisi memperioleh nutrisi atau makanan.
Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia (Rohman, 2001). Sedangkan menurut Odum (1971) dalam Rohman (2001) alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini mulai digunakan oleh Molisch pada tahun 1937 yang diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan. Dalam Rohman (2001) disebutkan bahwa senyawa-senyawa kimia tersebut dapat ditemukan pada jaringan tumbuhan (daun, batang, akar, rhizoma, bunga, buah, dan biji). Lebih lanjut dijelaskan bahwa senyawa-senyawa tersebut dapat terlepas dari jaringan tumbuhan melalui berbagai cara yaitu melalui penguapan, eksudat akar, pencucian, dan pembusukan bagian-bagian organ yang mati. Anonim a (Tanpa Tahun) menjelaskan lebih lanjut proses-proses tersebut melalui penjelasan berikut ini.
  • Penguapan
Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan. Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah yang akan diserap akar.
  • Eksudat akar
Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat, sinamat, dan fenolat.
  • Pencucian
Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini.
  • Pembusukan organ tumbuhan
Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas membrannya  dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya.
Selain melalui cara-cara di atas, pada tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun dapat melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah (Anonim a, Tanpa Tahun).
Rohman (2001) menyebutkan bahwa senyawa-senyawa kimia tersebut dapat mempengaruhi tumbuhan yang lain melalui penyerapan unsur hara, penghambatan pembelahan sel,pertumbuhan, proses fotosintesis, proses respirasi, sintesis protein, dan proses-proses metabolisme yang lain. Lebih lanjut, Anonim a (Tanpa Tahun) menjelaskan tentang pengaruh alelopati terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut.
  • Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan.
  • Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan.
  • Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan.
  • Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat respirasi akar.
  • Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis protein.
  • Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan.
  • Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.
Rice (1974) dalam Salempessy (1998) dalam Tetelay (2003) juga menjelaskan bahwa senyawa alelopat dapat menyebabkan gangguan atau hambatan pada perbanyakan dan perpanjangan sel, aktifitas giberalin dan Indole Acetid Acid ( IAA ), penyerapan hara, laju fotosintesis, respirasi, pembukaan mulut daun, sintesa protein, aktivitas enzim tertentu dan lain-lain. Selain itu Patrick (1971) dalam Salampessy (1998) dalam Tetelay (2003) menyatakan bahwa hambatan allelopathy dapat pula berbentuk pengurangan dan kelambatan perkecambahan biji, penahanan pertumbuhan tanaman, gangguan sistem perakaran, klorosis, layu, bahkan kematian tanaman.
Tumbuhan yang bersifat sebagai alelopat mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun (Anonim a, Tanpa Tahun). Namun kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh tumbuhan dapat dipengaruhi oleh kerapatan tumbuhan alelopat, macam tumbuhan alelopat, saat kemunculan tumbuhan alelopat, lama keberadaan tumbuhan alelopat, habitus tumbuhan alelopat, kecepatan tumbuh tumbuhan alelopat, dan jalur fotosintesis tumbuhan alelopat (C3 atau C4).
Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa atau antibiotisme. Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
Mekanisme Alelopati
Fenomena alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antartumbuhan, antarmikroorganisme, atau antara tumbuhan dan mikroorganisme (Einhellig, 1995a). Menurut Rice (1984) interaksi tersebut meliputi penghambatan dan pemacuan secara langsung atau tidak langsung suatu senyawa kimia yang dibentuk oleh suatu organisme (tumbuhan, hewan atau mikrobia) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme lain. Senyawa kimia yang berperan dalam mekanisme itu disebut alelokimia. Pengaruh alelokimia bersifat selektif, yaitu berpengaruh terhadap jenis organisme tertentu namun tidak terhadap organisme lain (Weston, 1996).
Alelokimia pada tumbuhan dibentuk di berbagai organ, mungkin di akar, batang, daun, bunga dan atau biji. Organ pembentuk dan jenis alelokimia bersifat spesifik pada setiap spesies. Pada umumnya alelokimia merupakan metabolit sekunder yang dikelompokkan menjadi 14 golongan, yaitu asam organik larut air, lakton, asam lemak rantai panjang, quinon, terpenoid, flavonoid, tanin, asam sinamat dan derivatnya, asam benzoat dan derivatnya, kumarin, fenol dan asam fenolat, asam amino nonprotein, sulfida serta nukleosida. (Rice,1984; Einhellig, 1995b). Pelepasan alelokimia pada umumnya terjadi pada stadium perkembangan tertentu, dan kadarnya dipengaruhi oleh stres biotik maupun abiotik (Einhellig, 1995b).
Alelokimia pada tumbuhan dilepas ke lingkungan dan mencapai organisme sasaran melalui penguapan, eksudasi akar, pelindian, dan atau dekomposisi. Setiap jenis alelokimia dilepas dengan mekanisme tertentu tergantung pada organ pembentuknya dan bentuk atau sifat kimianya (Rice, 1984; Einhellig, 1995b). Mekanisme pengaruh alelokimia (khususnya yang menghambat) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme (khususnya tumbuhan) sasaran melalui serangkaian proses yang cukup kompleks, namun menurut Einhellig (1995b) proses tersebut diawali di membran plasma dengan terjadinya kekacauan struktur, modifikasi saluran membran, atau hilangnya fungsi enzim ATP-ase. Hal ini akan berpengaruh terhadap penyerapan dan konsentrasi ion dan air yang kemudian mempengaruhi pembukaan stomata dan proses fotosintesis. Hambatan berikutnya mungkin terjadi dalam proses sintesis protein, pigmen dan senyawa karbon lain, serta aktivitas beberapa fitohormon. Sebagian atau seluruh hambatan tersebut kemudian bermuara pada terganggunya pembelahan dan pembesaran sel yang akhirnya menghambat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sasaran.
Alelopati tentunya menguntungkan bagi spesies yang menghasilkannya, namun merugikan bagi tumbuhan sasaran. Oleh karena itu, tumbuhan-tumbuhan yang menghasilkan alelokimia umumnya mendominasi daerah-daerah tertentu, sehingga populasi hunian umumnya adalah populasi jenis tumbuhan penghasil alelokimia. Dengan adanya proses interaksi ini, maka penyerapan nutrisi dan air dapat terkonsenterasi pada tumbuhan penghasil alelokimia dan tumbuhan tertentu yang toleran terhadap senyawa ini.
Proses pembentukkan senyawa alelopati sungguh merupakan proses interaksi antarspesies atau antarpopulasi yang menunjukkan suatu kemampuan suatu organisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup dengan berkompetisi dengan organisme lainnya, baik dalam hal makanan, habitat, atau dalam hal lainnya. 

Daftar pustaka
Einhellig FA. 1995a. Allelopathy: Current status and future goals. Dalam Inderjit, Dakhsini KMM, Einhellig FA (Eds). Allelopathy. Organism, Processes and Applications. Washington DC: American Chemical Society. Hal. 1 – 24.
Rice EL. 1984. Allelopathy. Second Edition. Orlando FL: Academic Press.

klorofil


KLOROFIL pastilah bukan kata yang baru bagi Anda. Anda juga pastinya sudah tahu beberapa manfaat klorofil bagi kesehatan. Selama bertahun-tahun, ilmu pengetahuan alam dan penelitian ilmiah telah mengungkapkan berbagai manfaat klorofil bagi kesehatan. Apa klorofil sebenarnya, apa yang membuatnya begitu istimewa dan keuntungan apa yang bisa Anda dapatkan dari klorofil? Berikut uraiannya untuk Anda.

Apa itu klorofil?
Klorofil atau yang biasa dikenal dengan zat hijau daun, sama seperti namanya, merupakan kandungan yang menyebabkan warna hijau pada tanaman. Apa yang dilakukan klorofil? Klorofil ini akan menyerap energi dari matahari untuk memfasilitasi berlangsungnya proses fotosintesis pada tumbuhan. Klorofil ini sama seperti darah pada manusia. Zat ini sangat berperan dalam fungsi metabolisme seperti pertumbuhan dan respirasi tumbuhan.

Yang lebih menarik lagi, komposisi kimia klorofil hampir sama dengan komposisi darah manusia. Bedanya, atom sentral klorofil adalah magnesium sedang atom sentral manusia adalah besi. Hal ini, ditambah dengan pentingnya klorofil dalam proses metabolisme tumbuhan menarik perhatian ilmuwan untuk mencaritahu kemungkinan apakah klorofil bisa mendatangkan manfaat yang sama pula pada manusia. Hasilnya, banyak penelitian yang telah menemukan manfaat klorofil bagi kesehatan manusia.

Manfaat klorofil bagi kesehatan
Klorofil mengandung antioksidan, antiperadangan dan zat yang bersifat menyembuhkan luka. Kandungan ini bermanfaat bagi kesehatan. Berikut beberapa manfaat lain dari klorofil:
  • Klorofil berfungsi membantu pertumbuhan dan perbaikan jaringan.
  • Klorofil membantu menetralkan polusi yang kita hirup maupun yang kita dapatkan melalui asupan makanan. karena itu, klorofil merupakan suplemen yang sangat bagus bagi perokok.
  • Klorofil secara efisien melepaskan magnesium dan membantu darah membawa oksigen yang dibutuhkan ke semua sel di jaringan-jaringan tubuh.
  • Klorofil juga terbukti berfungsi mengasimilasikan kalsium dan mineral-mineral berat lainnya.
  • Klorofil potensial dalam menstimulus sel-sel darah merah untuk menyediakan suplai oksigen.
  • Bersama dengan vitamin lain seperti vitamin A, C, dan E, klorofil terbukti bisa membantu menetralkan radikal bebas yang merusak sel-sel yang sehat.
  • Klorofil juga berperan sebagai deodoran dalam mengurangi bau mulut, air seni, sisa pembuangan, serta bau badan.
  • Klorofil juga mengurangi kemampuan zat-zat karsinogen untuk mengikatkan diri pada DNA dalam organ-organ utama tubuh.
  • Klorofil bermanfaat dalam mengatasi gangguan akibat pembentukan batu kalsium oksalat.
  • Klorofil juga bisa digunakan untuk mengatasi infeksi luka secara alami.
  • Klorofil juga mengandung zat antimutasi dan antikarsinogen yang berfungsi melindungi tubuh melawan racun-racun serta mengurangi efek samping obat.

Sumber klorofil
Sumber klorofil yang paling nyata adalah sayuran hijau. Akan tetapi, lebih baik dikonsumsi dalam keadaan mentah. Proses pemanasan saat memasak merusak hampir semua kandungan klorofilnya. Atau, bisa juga menambah asupan klorofil dengan menggunakan suplemen. Klorofil banyak tersedia dalam bentuk ekstrak, cairan maupun tablet. Tidak masalah cair atau tablet, klorofil akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menguatkan jaringan dan organ, serta memperbaiki kesehatan secara umum.

sakura


Pohon Sakura
Sakura bersama dengan bunga seruni, merupakan bunga nasional Jepang yang mekar pada musim semi, yaitu sekitar awal April hingga akhir April.
Tidak ada peristiwa di akhir maret hingga awal april yang paling ditunggu oleh masyarakat Jepang selain mekarnya bunga sakura. Saat kuncup-kuncup pink dan putih bunga sakura muncul, itulah pertanda musim semi telah tiba, musim yang menjanjikan masa depan cerah dan penuh dengan harapan. Taman dan kebun yang sebelumnya dipenuhi salju, kini tampak menghangat seiring mencairnya salju.
Kecantikan bunga sakura juga memiliki arti spiritual dan filosofis tentang kehidupan manusia. Bagi orang Jepang, bunga itu menyimbolkan kegembiraan dan kesedihan serta mengingatkan manusia untuk selalu bersyukur dalam menghargai kehidupan dan kesedihan.

Sakura juga mengingatkan bahwa segalanya memiliki kebalikan. Ada sedih, ada gembira. Ada hidup, ada saatnya mati. Ada saatnya merekah dengan indahnya dan ada saatnya berguguran. Dan itulah yang bunga sakura lakukan, mekar dengan memberikan keindahan bagi jiwa-jiwa yang berkelana. Itulah mengapa di setiap mekarnya bunga sakura, keluarga jepang merayakannya dengan berkumpul bersama, menyusuri taman sembari melakukan renungan dan menikmati hidangan di bawah pohon sakura. Perayaan ini dinamakan “Hanami”.

1.      Sistematika

Kingdom          : Plantae

Divisi               : Magnoliophyta

Kelas                : Magnoliopsida

Ordo                : Rosales

Family             : Rosaceae

Genus              : Prunus

Spesies            : Prunus serrulata

Pohon sakura adalah salah satu pohon yang tergolong dalam familia Rosaceae, genus Prunus sejenis dengan pohon prem, persik atau aprikot  tetapi secara umum sakura digolongkan dalam subgenus sakura. Asal-usul kata "sakura" adalah kata "saku" (bahasa Jepang untuk "mekar") ditambah akhiran yang menyatakan bentuk jamak "ra". Dalam bahasa Inggris, bunga sakura disebut cherry blossoms.
2.   Deskripsi Pohon Sakura
Warna bunga tergantung pada spesiesnya, ada yang berwarna putih dengan sedikit warna merah jambu, kuning muda, merah jambu, hijau muda atau merah menyala.
Bunga digolongkan menjadi 3 jenis berdasarkan susunan daun mahkota:
  • bunga tunggal dengan daun mahkota selapis
  • bunga ganda dengan daun mahkota berlapis
  • bunga semi ganda
Pohon sakura berbunga setahun sekali, di pulau Honshu, kuncup bunga sakura jenis someiyoshino mulai terlihat di akhir musim dingin dan bunganya mekar di akhir bulan Maret sampai awal bulan April di saat cuaca mulai hangat.
Sakura  dalam bahasa jepang artinya mekar. Bunga ini ditanam secara berkelompok. Biasanya ditanam di pinggir sungai atau taman. Pemandangan dominan di Jepang awal bulan april adalah rimbunan bunga sakura. Bunga sakura ada yang berwarna putih, merah muda atau putih kekuningan. Di Jepang varietas bunga sakura amat beragam, tapi yang terbanyak adalah jenis yoshino dan yamazakura. Kelopak bunganya berjumlah 5 helai tapi ada juga yang sampai 100 helai. Bunga sakura tidak memiliki daun. Begitu mekar terlihat gerombolan bunga saja.

 

Jenis-jenis

Bunga sakura Ukon (Prunus lannesiana Wilson cv. Grandiflora)
Kanhizakura (Prunus campanulata Maxim)
 Yamazakura
Sebagian besar jenis pohon sakura merupakan hasil persilangan, misalnya jenis someiyoshino yang tersebar di seluruh Jepang sejak zaman Meiji adalah hasil persilangan pohon sakura di zaman Edo akhir. Sakura jenis someiyoshino inilah yang sangat tersebar luas, sehingga kebanyakan orang hanya mengenal someiyoshino (yang merupakan salah satu jenis sakura) sebagai sakura.
Pada zaman dulu sebelum ada jenis someiyoshino, orang Jepang mengenal bunga sakura yang mekar di pegunungan yang disebut yamazakura dan yaezaki no sakura sebagai sakura. Di saat mekarnya bunga sakura, ribuan batang pohon Yamazakura yang tumbuh di Pegunungan Yoshino (Prefektur Nara) menciptakan pemandangan menakjubkan warna putih, hijau muda, dan merah jambu.
Beberapa jenis sakura:
  • Edohigan
Edohigan adalah sakura yang mekar di Hari Ekuinoks Musim Semi dan bunganya paling panjang umur. Jenis-jenis lain yang serupa dengan edohigan adalah ishiwarizakura dan yamadakashinyozakura yang termasuk pohon sakura yang dilindungi. Miharutakizakura adalah salah satu jenis edohigan yang rantingnya menjuntai-juntai, sedangkan yaebenishidare dikenal daun bunganya yang banyak dan warnanya yang cerah.
  • Hikanzakura
Hikanzakura atau disebut juga kanhizakura adalah sakura yang tersebar mulai dari wilayah Tiongkok bagian selatan sampai ke Pulau Formosa. Kanhizakura banyak ditemukan tumbuh liar di Prefektur Okinawa. Bagi orang Okinawa, kata "sakura" sering berarti hikansakura. Pengumuman mekarnya bunga sakura di Okinawa biasanya berarti mekarnya hikanzakura. Di Okinawa, kuncup bunga hikanzakura mulai terbuka sekitar bulan Januari atau Februari. Di Pulau Honshu, hikanzakura banyak ditanam mulai dari wilayah Kanto sampai ke Kyushu dan biasanya mulai mekar sekitar bulan Februari atau Maret.




  • Shidarezakura

Bunga sakura jenis shidare (Shidarezakura)
  • Fuyuzakura
Fuyuzakura (sakura musim dingin) adalah jenis pohon sakura yang bunganya mekar sekitar bulan November sampai akhir bulan Desember. Onishimachi di Prefektur Gunma adalah tempat melihat fuyuzakura yang terkenal.

Sakura dan buah ceri


Buah ceri dari pohon sakura yang untuk dinikmati bunganya
Pohon sakura menghasilkan buah yang dikenal sebagai buah ceri (bahasa Jepang: sakuranbo). Buah ceri yang masih muda berwarna hijau dan buah yang sudah masak berwarna merah sampai merah tua hingga ungu. Walaupun bentuknya hampir serupa dengan buah ceri kemasan kaleng, buah ceri yang dihasilkan pohon sakura ukurannya kecil-kecil dan rasanya tidak enak sehingga tidak dikonsumsi.

Ciri khas sakura

Pohon sakura (jenis someiyoshino), sekitar 2 bulan setelah bunganya mekar)
Ciri khas sakura jenis someiyoshino adalah bunganya yang lebih dahulu mekar sebelum daun-daunnya mulai keluar. Puluhan, ratusan, bahkan ribuan batang pohon yang berada di lokasi yang sama, bunganya mulai mekar secara serentak dan rontok satu per satu pada saat yang hampir bersamaan.

3.   Ekologi Pohon Sakura
Panen dan Persebaran Sakura
Di Jepang, mekarnya sakura jenis someiyoshino dimulai dari Okinawa di bulan Februari, dilanjutkan di pulau Honshu bagian sebelah barat, sampai di Tokyo, Osaka, Kyoto pada sekitar akhir Maret sampai awal April, lalu bergerak sedikit demi sedikit ke utara, dan berakhir di Hokkaido di saat liburan Golden Week.
Setiap tahunnya pengamat sakura mengeluarkan peta pergerakan mekarnya bunga sakura someiyoshino dari barat ke timur lalu utara yang disebut sakurazensen. Dengan menggunakan peta sakurazensen dapat diketahui lokasi bunga sakura yang sedang mekar pada saat tertentu
Bunga sakura jenis someiyoshino hanya dapat bertahan kurang lebih 7 sampai 10 hari dihitung mulai dari kuncup bunga terbuka hingga bunga mulai rontok. Rontoknya bunga sakura tergantung pada keadaan cuaca dan sering dipercepat oleh hujan lebat dan angin kencang. Beberapa jenis burung dikenal suka memakan bagian bunga yang berasa manis, sedangkan burung merpati memakan seluruh bagian bunga. Kesempatan langka piknik beramai-ramai di bawah pohon sakura untuk menikmati mekarnya bunga sakura disebut hanami (ohanami). Saat melakukan hanami adalah ketika semua pohon sakura yang ada di suatu tempat bunganya sudah mekar semua.
Pertumbuhan Sakura
Di Jepang terdapat standar untuk menyampaikan informasi tingkat mekar bunga sakura, mulai dari terbukanya kuncup bunga (kaika), mekarnya 10% dari kuncup bunga yang ada di pohon (ichibuzaki) sampai bunga mekar seluruhnya (mankai). Bunga yang rontok segera digantikan dengan keluarnya daun-daun muda. Pohon sakura yang bunganya mulai rontok dan mulai tumbuh daun-daun muda sebanyak 10% disebut ichibu hazakura. Sementara itu, pohon sakura yang semua bunga sudah rontok dan hanya mempunyai daun-daun muda disebut hazakura (sakura daun).
Bunga dari pohon jenis yamazakura mekar lebih lambat dibandingkan jenis someiyoshino dan bunganya mekar bersamaan dengan keluarnya daun-daun muda.
Siklus yang dilalui Sakura adalah diawali dengan tumbuhnya dedaunan di sekitar dahan pohonnya terlebih dahulu. Ketika musim hujan, daunnya akan berubah berwarna kuning dan berguguran. Saat musim panas tiba, barulah akan tumbuh bunga.
Dari kuncup sampai mekar, bunganya akan bertahan selama seminggu. Kondisi cuaca yang sulit diprediksi, terkadang panas lalu hujan disertai angin, bunga Sakura akan mudah rontok. Tapi setelah itu akan tumbuh daun lagi.
Proses kuncup, mekar dan mekar seluruhnya, dapat dilihat melalui sakura zensen atau peta mekarnya bunga sakura di beberapa tempat. Dinas meterologi akan memberitakan hal tersebut setiap hari melalui media cetak atau elektronik. Saat itulah semua orang sibuk mengatur jadwal untuk ohanami. Kegiatan ohanami atau menikmati keindahan bunga sakura sambil berpesta di bawah rimbunan bunga sakura, semacam kegiatan wajib warga Jepang. Budaya ohanami telah dimulai ribuan tahun yang lalu, menjadi tradisi yang tak terpisahkan. Karena mekarnya sakura menandai awal tahun ajaran baru bagi pelajar dan tahun fiskal bagi pengusaha. Ia menjadi semacam pesta selamat datang bagi warga baru dalam suatu komunitas.

Tempat-tempat pilihan untuk melihat bunga Sakura

Di tahun 1990, Asosiasi Bunga Sakura Jepang (Japan Cherry Blossom Association) mengeluarkan daftar 100 tempat terpilih untuk melihat keindahan bunga Sakura.
Daerah Kanto:
  • Tokyo: Taman Ueno (Taito-ku), Taman Shinjuku-gyoen (Shinjuku-ku), Taman Sumida (Sumida-ku), Taman Koganei (kota Koganei), Taman Inogashira (kota Musashino)
Daerah Tokai:
  • Prefektur Gifu: Taman Usuzumi/Neodani (kota Motosu), Pinggir Sungai Shinsakai (kota Kakamigahara), Kamagatani (kota Ikeda)
Daerah Kansai:
  • Prefektur Osaka: Taman Istana Osaka (Osaka), The Mint Bureau (Osaka), Taman Expo '70 (kota Suita)
  • Prefektur Hyogo: Taman Istana Himeji (kota Himeji), Taman Akashi (Kota Akashi), Taman Shukugawa (Nishinomiya)
  • Prefektur Nara: Taman Nara (kota Nara), Pegunungan Yoshino (kota Yoshino), Taman Kooriyamajoshi (Yamato Kooriyama)
4.   Cara Menanam Pohon Sakura
Di Jepang, perbanyakan Sakura hanya dapat dilakukan melalui stek dan biji. Di Kebun Raya Cibodas, lanjur Dwi, Sakura bisa diperbanyak dengan cara dicangkok. Kalaupun ingin menanam Sakura di lokasi yang cenderung bersuhu panas, misalnya Jakarta, Sakura hanya akan tumbuh daunnya saja, tetapi tidak akan berbunga.
Sakura hanya akan berbunga dan tumbuh dengan baik bila ditanam pada tempat yang tinggi dan suhu yang rendah (dingin).
Tak Tumbuh Serempak

Sakura diperbanyak dengan cara distek, dicangkok, dan semai biji.
Perbanyakan melalui stek hasilnya agak lama. Cara cangkok terbukti paling berhasil, sementara dari biji hasilnya tidak terlalu bagus dan agak lambat. Ada beberapa kelemahan dari Sakura yang ditanam yaitu tumbuhnya tidak serempak. Namun, di sisi lain justru inilah yang jadi kelebihannya.
Ketika bunga Sakura sudah rontok, harus menunggu setahun lagi untuk kembali menikmati keindahan bunga. Di Jepang, Sakura akan gugur di bulan Maret-April, untuk kemudian digantikan dengan munculnya bunga yang bermekaran.
Kelemahan lainnya, gugur daun Sakura tak mutlak terjadi, akan tetapi bunga Sakura akan mudah gugur, terutama bila terkena hujan dan angin besar.
5.   Manfaat Pohon Sakura

Konsumsi bunga sakura

Daun dan bunga sakura yang sudah direndam di dalam air garam (shiozuke) dimanfaatkan untuk bahan makanan karena wanginya yang harum. sakura mochi adalah kue moci yang dibungkus daun sakura. Ada juga es krim dan kue kering rasa bunga sakura. Teh bunga sakura umumnya diminum pada kesempatan istimewa seperti pesta pernikahan. Ranting dan kuncup bunga sakura juga digunakan sebagai bahan pewarna alami.

Mekarnya bunga Sakura memang memiliki makna tersendiri yang mungkin tidak akan pernah bisa terungkapkan dengan untaian kata-kata. Sebuah makna kesejukan, keheningan, kebahagiaan dan ketenangan. Sakura juga bermakna perpisahan saat bunga sakura mulai jatuh berguguran di tiup angin.

Daun dan bunga sakura yang sudah direndam di dalam air garam (shiozuke) dimanfaatkan untuk bahan makanan karena wanginya yang harum. sakura mochi adalah kue moci yang dibungkus daun sakura. Ada juga es krim dan kue kering rasa bunga sakura. Teh bunga sakura umumnya diminum pada kesempatan istimewa seperti pesta pernikahan. Ranting dan kuncup bunga sakura juga digunakan sebagai bahan pewarna alami.
Pohon sakura yang menghasilkan buah ceri untuk keperluan konsumsi umumnya tidak untuk dinikmati bunganya dan hanya ditanam di perkebunan. Produsen buah ceri terbesar di Jepang berada di Prefektur Yamagata. Buah ceri produk dalam negeri Jepang seperti jenis sato nishiki harganya luar biasa mahal. Di Jepang, buah ceri produksi dalam negeri hanya dibeli untuk dihadiahkan pada kesempatan istimewa. Buah ceri yang banyak dikonsumsi masyarakat di Jepang adalah buah ceri yang diimpor dari negara bagian Washington dan California di Amerika Serikat.
Sakura dapat terlihat di mana-mana di Jepang, diperlihatkan dalam beraneka ragam barang-barang konsumen, termasuk kimono, alat-alat tulis, dan peralatan dapur. Bagi orang Jepang, sakura merupakan simbol penting, yang kerap kali diasosiasikan dengan perempuan, kehidupan, kematian, serta juga merupakan simbol untuk mengeksperesikan ikatan antarmanusia, keberanian, kesedihan, dan kegembiraan. Sakura juga menjadi metafora untuk ciri-ciri kehidupan yang tidak kekal.
Tradisi Sakura
Hanami dapat diartikan juga dengan melihat atau memandang bunga. Bunga sakura tidaklah lama berkembang terus, cepat sekali bungannya runtuh dan berganti daun yang baru bersemi lagi, di tahun yang akan datang bunga sakura baru bersemi lagi, makanya kalau ngak cepat-cepat melihat nanti sudah berubah jadi daun semua.Hanya setahun satu kali bisa melihat bunga sakura.  Hananami ini merupakan sebuah perayaan turun-temurun di masyarakat Jepang. Tercatat semenjak sekitar tahun 794, para petinggi atau aristokrat mengadakan pesta menyambut mekarnya bunga sakura. Tradisi itu menjadi acara ritual keagamaan di Jepang. Biasa diadakan upacara doa sebelum musim tanam, dengan harapan para petani mendapat sukses besar pada musim panen raya nanti.Bunga sakura tidaklah lama berkembang terus, cepat sekali bungannya runtuh dan berganti daun yang baru bersemi lagi, di tahun yang akan datang bunga sakura baru bersemi lagi, sampai sudah berubah jadi daun semua.

Di negara lain, tradisi hanami disebut sebagai cherry blossom festival yang dikonotasikan dengan sakura matsuri. Dalam festival itu, terdapat beragam acara dan hidangan bagi para peserta dan biasanya festival itu memiliki keterkaitan dengan budaya lokal, yakni dengan melibatkan warga setempat untuk berpartisipasi dalam acara yang ada.Bunga sakura banyak sekali jenisnya: Yaezakura, Oshimazakura, Shidarezakura, yang lebih terkenal bunganya Someiyoshino. Kira-kira ada 200 macam bentuk bunga sakura mungkin lebih dari itu.